Hari ini, masih tentang cinta lagi...
Duh, macam g punya topik lain yaa...
Hmm, jadwal kok semakin hari semakin padattt.. Walaupun demikian, alhamdulilah, alhamdulilah masih bisa kumpul sama temen2.
Dear every body,
Mungkin diantara kamu ada yang mengalami hal ini.
Kamu mencintai seseorang, dan orang itu juga ternyata mencintaimu. Cintamu terbalas sudah, dan pria itu datang kerumahmu berniat menghibbahmu
untuk jadi teman seumur hidupnya.
Kamu bersyukur pada Allah SWT, dengan rasa syukur kamu mengucap
alhamdulilah, menunaikan sujud syukur, atas jawaban doa doa yang kamu
panjatkan.
Namun, bukan cinta namanya jika tak penuh dengan ujian, setelah Allah
menyatakan kamu lulus dari ujian penantian yang panjang, dia masih saja
menguji mu dengan ujian yang lain.
Jiah, pihak keluarga meminta harga mahal kepada pria tersebut, 100 juta
untuk putri kami yang berkualitas. Sementara pemuda itu hanya punya 50juta
dari penghasilan setahunnya.
Negosiasi telah dilakukan, dan sepertinya itu harga mati.
Lalu, apa yang harus kamu lakukan jika kamu mengalami hal ini?
Kalau kamu yang jadi cew:
1. Kamu tidak boleh menyesal atas semua kualitas yang ada di dirimu,
2. Kamu tidak boleh memusuhi keluargamu, karena pasti itu juga untuk kebaikanmu
3. Yakinlah kalau Tuhanmu Maha Kaya, dia akan mencukupkan rezeki pasanganmu.
4. Berdoalah semoga Allah membuka hati kedua orang tuamu
5. Bersabar, pasti kamu sanggup, bukankah kamu sudah melakukan bayak kesabaran yang tak pasti selama ini?
Kalau kamu yang jadi cow:
1. Ikhtiar, jemputlah rizkimu dari berbagai penjuru mata angin.
2. Bersyukur, setidaknya dia telah menjawab cintamu, ini hanya masalah
uang, uang bisa dicari, bukankah, kamu sudah memiliki separuhnya dari
penghasilan setahunmu?
3. Jangan menyatakan kalau ortunya matre, mereka hanya minta bukti kalau kamu bisa tidak membahagiakan putri mereka.
Untuk kedua belah pihak.
1. Komitment..
2. Tunaikan solat dhuha, itu doa nya bagus banget.
End the end, aku iri deh, semoga bahagia yaa..
Undang aku..., insya allah aku datang
Jumat, 29 Maret 2013
Jumat, 08 Maret 2013
Kerikil dan Debu
Dulu pas zamannya kuliah, punya temen deket, (sekarang pun masih
deketnya, heheheh,) namanya Farhani Inesya Putri, kemana-mana berdua,
panas2an, mengerjakan semua tugas kuliah sama2, gangguin cowok-cowok
kampus, marahan, baikkan, pelukan, tangisan, makan, nonton, pokoknya
semua sama, selalu sepaket, ada aku ada dia, ada dia ada aku.
(Kangen kamu Put,)
Kalau aku membadai, dia jadi hujan, yang akan membuat pelangi, dan akan berkata, "tenang Non, itu cuma kerikil, aku dan kamu saja sudah cukup."
Yah Ўªãª yaa, pemikiran kalau semua masalah yang kami hadapi hanyalah kerikil yang bisa membuatku sampai pada saat ini.
Pemikiran yang sederhana, dan diartikan sederhana.
Sekarang, aku dan Putri berjauh-jauhan, setahun entah berapa kali bertemu. Aku memiliki teman baru, dan dalam kesehariannya dia menjadi hujan ketika aku membadai, sehingga terlukislah pelangi. "Tenang Non, itu cuma butiran debu." (Istilah butiran debu, memang lagi populer)
Pemikiran yang sederhana, tetapi moderen.
Sebenarnya, segala sesuatu itu tergantung cara kita menyikapinya, ditentukan pemikiran kita. Jika kerikil dan debu diartikan sebagai sesuatu yang sederhana, maka sederhanalah dia,
kerikil n debu pada dasarnya memang tak berharga sehingga tak berarti apa-apa.
Namun, jika diartikan sebagai sesuatu yang kompleks, ingat kerikillah yang membuat kamu terjatuh, bukan batu besar. Debulah yang membuat kamu bersin dan berlanjut menjadi flu, radang pernapasan, TBC dan lain2.
So, berhati-hatilah dengan pikiranmu, “Cognitive Psychology”
(Kangen kamu Put,)
Kalau aku membadai, dia jadi hujan, yang akan membuat pelangi, dan akan berkata, "tenang Non, itu cuma kerikil, aku dan kamu saja sudah cukup."
Yah Ўªãª yaa, pemikiran kalau semua masalah yang kami hadapi hanyalah kerikil yang bisa membuatku sampai pada saat ini.
Pemikiran yang sederhana, dan diartikan sederhana.
Sekarang, aku dan Putri berjauh-jauhan, setahun entah berapa kali bertemu. Aku memiliki teman baru, dan dalam kesehariannya dia menjadi hujan ketika aku membadai, sehingga terlukislah pelangi. "Tenang Non, itu cuma butiran debu." (Istilah butiran debu, memang lagi populer)
Pemikiran yang sederhana, tetapi moderen.
Sebenarnya, segala sesuatu itu tergantung cara kita menyikapinya, ditentukan pemikiran kita. Jika kerikil dan debu diartikan sebagai sesuatu yang sederhana, maka sederhanalah dia,
kerikil n debu pada dasarnya memang tak berharga sehingga tak berarti apa-apa.
Namun, jika diartikan sebagai sesuatu yang kompleks, ingat kerikillah yang membuat kamu terjatuh, bukan batu besar. Debulah yang membuat kamu bersin dan berlanjut menjadi flu, radang pernapasan, TBC dan lain2.
So, berhati-hatilah dengan pikiranmu, “Cognitive Psychology”
Langganan:
Postingan (Atom)