Dulu pas zamannya kuliah, punya temen deket, (sekarang pun masih
deketnya, heheheh,) namanya Farhani Inesya Putri, kemana-mana berdua,
panas2an, mengerjakan semua tugas kuliah sama2, gangguin cowok-cowok
kampus, marahan, baikkan, pelukan, tangisan, makan, nonton, pokoknya
semua sama, selalu sepaket, ada aku ada dia, ada dia ada aku.
(Kangen kamu Put,)
Kalau
aku membadai, dia jadi hujan, yang akan membuat pelangi, dan akan
berkata, "tenang Non, itu cuma kerikil, aku dan kamu saja sudah cukup."
Yah Ўªãª yaa, pemikiran kalau semua masalah yang kami hadapi hanyalah kerikil yang bisa membuatku sampai pada saat ini.
Pemikiran yang sederhana, dan diartikan sederhana.
Sekarang,
aku dan Putri berjauh-jauhan, setahun entah berapa kali bertemu. Aku
memiliki teman baru, dan dalam kesehariannya dia menjadi hujan ketika
aku membadai, sehingga terlukislah pelangi. "Tenang Non, itu cuma
butiran debu." (Istilah butiran debu, memang lagi populer)
Pemikiran yang sederhana, tetapi moderen.
Sebenarnya,
segala sesuatu itu tergantung cara kita menyikapinya, ditentukan
pemikiran kita. Jika kerikil dan debu diartikan sebagai sesuatu yang
sederhana, maka sederhanalah dia,
kerikil n debu pada dasarnya memang tak berharga sehingga tak berarti apa-apa.
Namun,
jika diartikan sebagai sesuatu yang kompleks, ingat kerikillah yang
membuat kamu terjatuh, bukan batu besar. Debulah yang membuat kamu
bersin dan berlanjut menjadi flu, radang pernapasan, TBC dan lain2.
So, berhati-hatilah dengan pikiranmu, “Cognitive Psychology”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar